Menulis Bebas

Archive for June 2012

                Pagi yang cerah, duduk- duduk di gazebo kampus menunggu pasukan field trip yang belum lengkap. Yah, hari ini sepasukan mahasiswa Jurusan Budidaya Pertanian berencana melakukan kunjungan ilmiah ke beberapa lembaga perbenihan. Kalau dalam mata kuliah teknologi benih kami sudah mendapat penjelasan panjang lebar mengenai benih, sekarang saatnya secara nyata mengetahui proses- proses yang terjadi sampai benih beredar di pasaran. Dunia perbenihan menjad sangat menarik, karena benih merupakan cikal bakal suatu kehidupan tanaman. Tentu saja tidak bisa  hanya dengan membayangkan bagaimana ber ton- ton biji  itu bisa menjadi benih unggul. Kembali ke gazebo, akhirnya setelah beberapa menit datang juga dosen pendamping kami bersama Bapak Kepala Jurusan, Dr. Ir. Taryono, M.Sc. untuk pelepasan. Bisa dikatakan Bapak Taryono ini sangat berpengalaman dalam perbenihan. Beliau sampai dikirim ke afrika untuk mengubah gurun pasir Namibia agar bisa ditanami padi, salah satu proyek nasional negara Namibia. Bisa dibayangkan padang pasir yang tandus dan kering itu mau ditanami padi jenis apa? Di Indonesia saja yang air melimpah di musim kemarau kadang tidak bisa ditanami padi. Apalagi afrika yang curah hujannya sangat- sangat rendah. Hampir seperti mission impossible mengubah gurun menjadi lahan tanam. Tapi ternyata progressnya cukup baik. Dan karena kerjasama UGM dengan Namibia ini, kabarnya Indonesia ekspor traktor ke Namibia. Tentu ini  akan mengangkat nama baik Indonesia di mata internasional, karena di Namibia sudah ada penerapan teknologi dari negara maju, misalnya Jepang.

                Setelah acara pelepasan itu, kami menuju bus. Sedikit diskriminasi sih pembagian bus nya. Yang tertib bayar kas angkatan dapat bus yang besar. Dan bisa ditebak, saya salah satu yang tersendat- sendat ,membayar kas, jadilah dapat bus yang kecil. Tidak apa- apa sampai juga ke tujuan kok. Berikut beberapa tempat yang kami kunjungi.

Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Pertanian (BPSB Yogyakarta)

                Dalam konteks perbenihan BPSB memiliki tugas dan fungsi pengawasan benih dan sertifikasi benih. Pengawasan dilakukan terhadap kasus perbenihan dan juga benih impor. Selain itu BPSB juga melakukan pembinaan terhadap produsen benih baik secara teknis seperti bagaimana memperlakukan benih maupun secara administrative. Ternyata pekerjaaan laboratorium di BPSB ini sama dengan yang biasa dilakukan ketika kami praktikum. Ambil sampel, ditimbang, dihaluskan, dioven, desikator…dan seterusnya. Untuk proses sertifikasi benih ada prosedur- prosedur tersendiri sampai benih ini mendapat label. Sertifikasi ini bertujuan untuk menjamin mutu benih yang dilepas di pasar. Kualitas benih diuji dalam proses sertifikasi, seperti daya tumbuh, kadar air, dll. Setiap kelas benih yang ingin mendapat sertifikasi harus diuji dulu di lab BPSB sebelum dilepas.

PT Sang Hyang Seri ( Persero )- SHS

Sang Hyang Seri

                PT Sang Hyang Seri (Persero) merupakan perusahaan BUMN yang bergerak di bidang produksi dan pemasaran benih unggul. Sebenarnya SHS memiliki banyak kantor regional yang tertelak di berbagai penjuru Indonesia. Kali ini kami mengunjungi SHS di Klaten, Jawa Tengah. Tujuan kami ke perusahaan ini adalah untuk melihat secara langsung prosesing benih. Kalau di lab kami menggunakan oven untuk mengeringkan benih, tentu disini ada alat yang lebih canggih untuk mengeringkan ber ton- tonbenih (bukan oven raksasa tentunya). Atau untuk memurnikan benih, di lab kami membersihkan benih dari kotoran satu per satu, tentu beda kasusnya untuk produksi benih masal tidak mungkin menggunakan alat penampi tangan atau dibersihkan satu per satu.

Air Screen Cleaner

Air screen clener berfungsi untuk memisahkan benih dari kotoran ringan.

Sealer

Pengemasan benih menggunakan sealer dan pelabelan. Label biru yang tersapat dalam kemasan menunjukkan identitasnya sebagai Extension Seed.

Pengeringan

Meski memiliki box dryer, pengeringan tetap dilakukan di bawah sinar matahari. Selain hasilnya lebih baik, pengeringan dibawah sinar matahari memiliki kapasitas yang lebih besar.

Kebun Benih Padi Tegalgondo

Lahan Benih Hibrida

                Menarik sekali disini mengetahui proses pembuatan Breeder Seed. Breeder Seed merupakan benih varietas unggul yang dihasilkan oleh para pemulia tanaman yang masih sangat murni. Jumlahnya masih sangat sedikit dan masih secara langsung mendapatkan perawatan serta pengawasan dari pemulianya. Dibutuhkan ketelitian yang tinggi dalam pembuatannya. Terdapat serumpun saja padi yang beda varietas bisa menjadikan benih gagal uji. Maka harus jeli dalam membedakan varietas padi ketika ditanam. Berbeda sekali kondisinya, saya yakin sebagian mahasiswa bahkan tidak bisa membedakan rumpun padi dengan rumput. Breeder Seed ini kemudian di distribusikan untuk dibuat Foundation Seed atau Benih Dasar, F1 dari Breeder Seed. Foundation Seed merupakan keturunan dari hasil pertanaman benih penjenis dan masih mendapatkan perlakuan sedemikian rupa sehingga kemurnian sifat – sifat genetiknya tetap tinggi. Seperti halnya benih penjenis, pengawasan penanaman dan pertanaman masih dilakukan langsung oleh para pemulia dan ahli perbenihan.  Tujuan dibuat Foundation seed adalah untuk adalah untuk memperbanyak benih. Sama dengan Breeder Seed, Foundation Seed berlabel putih. Foundation Seed masih diperbanyak lagi menjadi Benih Pokok (Registered Seed atau Stock Seed). Benih ini merupakan benih hasil keturunan pertanaman benih dasar dan diperlakukan sebaik-baiknya selama di pertanaman untuk menajda kemurnian genetiknya. Label benih ini berwarna ungu. Perbedaan antara kelas benih satu dan yang lain adalah tingkat kemurnian genetik dan kemurnian fisik, serta ketentuan khusus sesuai dengan jenis tanamannya. Benih berlabel ini secara langsung dipasarkan kepada para konsumen/petani sehingga sering disebut sebagai benih sebar (extension seed) yang berlabel biru.

PP Kerja

                PP Kerja adalah perusahaan benih swasta milik perseorangan. Sejarahnya nih dulu Bapak Soedali, Kepala Balai Besar Induk Padi (BBI Padi) Tegalgondo membuka usaha bibit cabutan. Kemudian karena permintaan yang semakin meningkat dan permintaan dari luar jawa yang meminta dalam bentuk benih maka usaha bibit padi beralih menjadi usaha benih padi. Sama seperti SHS, PP Kerja juga memiliki peralatan yang memadai untuk prosesing benih. Produksi benih sendiri dilakukan secara kerjasama dengan petani. lahan yang menjadi mitra dengan PP Kerja tersebar di Klaten, Boyolali, Karanganyar, Sragen, dan Sukoharjo. Ini diluar lahan milik pribadi. Benih yang dihasilkan di Unit Boyolali saja per tahun bisa mencapai 5 juta ton untuk Foundation Seed, Stock Seed, dan Extension Seed (Breeder Seed hanya diproduksi pemulia). Belum lagi di unit lain. Karena loyalitas petani lah PP Kerja bisa menjadi se keren sekarang. PP Kerja menerapkan bisnis sebagai keja ikhlas, dimana dalam pelaksanaannya juga mirip- mirip social entrepreneur. Kualitas menjadi patokan utama benih yang dihasilkan. Jadi meski harga produk PP Keja lebih mahal dari produk lain, faktanya PP Kerja selalu kebanjiran permintaan sampai harus menanggulangi agen yang protes karena permintaannya tidak terpenuhi.

                Dalam prosesing benih, PP Kerja menggunkan power thleser, ox dryer, seed cleaner, sealer, dll., hampir sama di SHS. Sama pula seperti SHS, meski memiliki box dryer dengan kapasitas besar, namun pengeringan benih dilakukan dengan sinar matahari. Katanya nih, hasilnya lebih bagus jika pengeringan deilakukan dengan menggunakan sinar matahari. PP Kerja saja membutuhkan lantai jemur seluas 2,5 hektar.

                Setelah istirahat, shalat, dan foto- foto kami kembali menuju bus untuk kembali ke kampus tercinta. Kalau kita perhatikan nih sebenarnya proses kehidupan kita tidak jauh- jauh amat dengan benih. Sedikit membuka buku Fisiologi tumbuhan, benih dikatakan memiliki viabilitas tinggi jika benih mampu berkecambah normal dengan baik dalam kondisi lingkungan optimal atau lingkungan yang mendukung. Benih dikatakan memiliki vigor yang tinggi jika  mampu berkecambah normal dalam kondisi lingkungan yang kurang optimal, dengan kata lai terdapat cekaman.  Benih yang memiliki viabilitas potensial tinggi  belum tentu memiliki vigor yang juga tinggi. Benih dengan vigor tinggi lebih baik daripada benih dengan viabilitas tinggi. Benih vigor mampu tumbuh di lingkungan yang kurang optimal  sementara benih viabel belum tentu bisa. Untuk mendeteksi mutu benih tersebut banyak cara yang bisa dilakukan. Misalnya  Uji daya hantar listrik, uji daya berkecambah, uji kadar air, dan dapat juga menggunakan Rapid Aging Method (RAM). Untuk menentukan kelas benih biasanya memakai metode- metode ini.

Growing Seeds

                Analoginya adalah manusia bisa hidup dengan baik pada konsisi lingkungan yang baik (optimal). Namun itu hal yang biasa. Manusia yang bisa bertahan dalam lingkungan yang kurang optimal (cekaman), dengan berbagai cobaan hidup, itu baru luar biasa. Benih yang terbiasa hidup pada kondisi optimal tidak akan tahan jika megalami sedikit cekaman (kekeringan, salinitas, dll.), begitu juga manusia. Selain itu dalam prosesnya benih dari panen hingga mendapat label dan dikemas cantik tidak mudah. Benih harus masuk box dryer yang panas, masuk air screen cleaner, melewati sieves, itu pun masih harus diuji dan bisa jadi ditolak sebagai benih. Kita pun juga demikian, kadang kita telah melalui proses- proses sulit. Disinilah kita bisa memilih, kita mau menjadi benih kelas apa?

Finally, terlaksana juga niat jalan- jalan pagi mengunjungi salah satu sudut indah di bumi Beji. Setelah sebelumnya sempat kesini bersama tiga orang kawan beberapa waktu lalu, kesempatan megunjungi Wage datang juga. Perlu diketahui, momentum ini terasa luar biasa karena perlu menentukan hari baik untuk menuju Wage. Bukan apa- apa, hari baik  maksudnya adalah hari dimana teman- teman pada bisa ngumpul. Ini karena koordinator perjalanan kami jarang sekali bisa pulang dari tugas dinas di kampusnya. Bersama grup anak- anak TPA kami melakukan perjalanan pada hari Ahad pagi, 17 Juni 2012.

Jadi, apa sih Wage itu? Dan kenapa kami bersemangat kesana? Wage adalah kependekan dari Watu Gendhong, sebuah tempat dimana terdapat bongkahan- bongkahan batu vulkanik yang cukup besar, terletak di kaki Gunung Gambar dan dikelilingi panorama hijau bukit  Wonosadi. Watu Gendhong berasal dari bahasa Jawa, watu berarti batu sedangkan gendhong berarti membawa sesuatu dengan meletakkannya di punggung. Menurut cerita yang berkembang di masyarakat, datangnya bongkahan- bongkahan batu tersebut berasal dari kera  penunggu Wonosadi yang menggendong batu dan meletakkannya disana. Believe it or not, pada faktanya misteri datangnya batu itu belum terkuak secara ilmiah. Nama Wage sendiri saya copas dari coordinator perjalanan kami, Pak Dika yang suka menyebut dengan sebutan Wage. Memang beliau itu suka sekali ngasih nama baru terhadap sesuatu yang sudah ada namanya. Misalnya saja “Si Gila Krisna” atau “Si GJ Nisaa”. Dan yang diberi nama hanya pasrah saja karena memang sedikit banyak ada kemiripan dengan sebutan itu.

Kenapa batu ini menjadi sesuatu yang menarik? Well, seperti kita ketahui  Gunungkidul terdiri dari rangkaian pegunungan karst. Kalau ditemukan bongkahan besar batu vulkanik, maka darimana datangnya bongkahan- bongkahan batu itu? Memang sih tidak jauh dari sini terdapat gunung api purba Langgeran dan nun jauh di arah utara ada Gunung Merapi. Namun  perlu dipertanyakan juga mengapa hanya di wilayah itu bongkahan batu yang hampir sebesar rumah ditemukan. Menarik juga, batu tersebut tidak lapuk dan tetap utuh dari waktu ke waktu. Ini ada kaitannya juga lho dengan dinamisme yang ada di masyarakat. Meski tidak sepenuhnya benar, tetapi cukup menjelaskan ketika sudut pandang ilmiah tidak bisa menjelaskan.

 
 Wage di Pagi Hari
 
 

Beginilah view pertama begitu memasuki area Wage. Area Wage hanya berjarak beberapa meter dari jalan utama. Perlu sedikit menerobos kebun tebu dan melewati pematang yang lebih mirip jalan setapak. Didukung oleh suasana pagi yang masih berkabut dan background pegunungan, serasa berjalan di Merbabu. Tapi tentu saja di Merbabu tidak ada tanaman tebu-nya. Dan perlu diingat, tidak dianjurkan memakai wedges, high heels dan sejenisnya jika berkunjung kemari. Sandal jepit justru sangat dianjurkan. Waktu yang recommended adalah ketika pagi hari. Selain karena udara yang masih segar, ketika cuaca cerah maka bisa sekalian sunbathing. Saya rasa ini penting bagi para mahasiswa yang selalu terkurung dalam gedung ber-AC, kost yang berdempet- dempet sehingga sinar matahari hanya dimanfaatkan untuk menjemur pakaian saja. Sebagai masyarakat yang tinggal di daerah tropis, sangat tidak bijaksana ketika kita tidak bisa merasakan nikmatnya sinar matahari di negeri sendiri. Bayangkan orang asing dari belahan bumi kutub sana yang rela jauh- jau pergi ke negara tropis hanya untuk berjemur, sedangkan kita yang sudah dikaruniai sinar matahari malah lebih suka berada dalam gedung tertutup rapat ber-AC.

 
 Batu di Area Wage
 
 

Berbagai aktivitas bisa dilakukan disini. Bahkan panjat tebing sekalipun, mungkin. Bagi yang memiliki cukup nyali bisa mencoba memanjat puncak batu tertinggi. Dan perlu hati- hati jika tanpa memakai pengaman karena bisa jadi ketika jatuh tidak langsung ke tanah, tapi mampir dulu di sudut batu yang lain. Sementara teman- teman lain sedang berlomba- lomba menaklukkan ketinggian batu, coordinator perjalanan kami, Pak Dika duduk- duduk di batu yang tidak tinggi- tinggi amat. Saya jadi curiga beliau takut ketinggian.

Aktivitas kami hentikan ketika jam menunjukkan waktu telah mendekati pukul 8.00. melanjutkan perjalanan dengan rute yang berbeda membuat kami mengenal lebih lebih dekat wilayah Beji. Berbagai keunikan masyarakat terbentuk bersama kondisi geografis Beji. Saya memahami beberapa hal yang sering dikatakan sebagai mitos sebenarnya memiliki esensi mendalam yang secara harafiah justru akan mudah diabaikan. Seperti keyakinan tentang larangan menebang pohon besar di suatu sumur, siapa yang melanggar larangan itu maka akan mendapat celaka. Secara sederhana kita  tau apa yang akan terjadi ketika pepohonan dekat sumber air ditebang. Namun masyarakat memiliki pemahaman dengan cara yang berbeda. Yah, sama- sama melindungi namun suatu ketika perlu diluruskan pada makna yang sebenarnya.

Yah, demikianlah dan perjalanan pagi ini usai.  Untuk selanjutnya kami bergegas menyiapkan agenda selanjutnya, nobar Ar Risalah. Sebenarnya pengen sih kembali ke sini lagi sekalian mengunjungi Gunung Gambar, tapi…ya nantilah.


Enter your email address to follow this blog and receive notifications of new posts by email.

Join 24 other subscribers

Categories

Blog Stats

  • 49,659 hits