Menulis Bebas

Archive for the ‘Keilmuan’ Category

Syura merupakan salah satu tsawabit, yaitu perkara yang harus bertahan terus tanpa perubahan atau penggantian sepanjang zaman dan di segala tempat. Syura merupakan puncak islam yang tertinggi dan merupakan kewajiban syariat. Perintah syura telah turun pada Al Quran, Asy Syuura ayat 38:
“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.”

Read the rest of this entry »

re_buku_picture_86531Judul                : 101 Creative Notes

Penulis             : Yoris Sebastian

Penerbit           : PT Gramedia Pustaka Utama

Halaman          : 207 hlm

Tahun Terbit    : 2013

Akan sulit bila ada yang ingin lebih kreatif namun tidak mau melepaskan kebiasaan lama yang belum tentu relevan dengan zaman yang semakin cepat bergerak ini- h.191

Read the rest of this entry »

waktu pesta

Judul           : Waktu Pesta
Penulis        : Dodi Prananda, dkk
Penerbit      : PT Elex Media Komputindo
Halaman     : 290 hlm
Tahun         : 2013

Teruntuk para pembaca,
Atas nama cinta,
kami torehkan manis dan pahitnya warna pelangi.
Atas nama gelora, kami sampaikan kelam dan indahnya asa.
Atas nama sang imaji, kami tunjukkan peranan tak terduga di batas khayal.
Dan atas nama para penulis, kami mengundang Anda untuk berpesta!
Mari nikmati segala suasana dan ingar-bingarnya Waktu Pesta!
Karena seperti yang tertulis pada kartu undangan kami semasa kecil:

“Tiada kesan tanpa kehadiranmu”

Read the rest of this entry »

misykat

Judul               : Misykat, Refleksi Tentang Islam, Westernisasi & Liberalisasi

Pengarang       : Hamid Fahmy Zarkasyi

Cetakan           : Kedua 2012

Penerbit           : INSIST (Institute for the Study of Islamic Thought and Civilization)

“Saat ini cendekiawan  muslim seperti berbondong- bondong merespon isu kebebasan, persamaan, hak asasi, demokratisasi, segala bidang dengan dalil- dalil Al Quran dan hadits. Tentu dengan konsekuensi mengubah framework, metodologi, dan mindset sesuai dengan  ilmu- ilmu humaniora barat. Akhirnya, tanpa terasa cendekiawan Muslim itu berfikir dengan pendekatan humanistis, liberalistis, dan dekonstruksionis, dan bahkan relativistis. Padahahal, mereka itu penampilannya tetap religius serta mengutip ayat- ayat Al Quran dan hadits dengan fasih”.

Read the rest of this entry »

sampulmerekabesarkarenamembaca_03

Judul                           : Mereka Besar Karena Membaca
Penulis                         : Suherman, M.Si
Penerbit                       : Literate Publishing
Jumlah Halaman           : 277 hlm
Cetakan Pertama          : 2012

”Books are the carriers of civilization.  Without books, history is silent, literature dumb, science crippled, thought and speculation at a standstill.”  Barbara Tuchman

Dalam sejarah peradaban dunia kita mengenal sosok- sosok besar di setiap zaman. Karl Marx, Malcolm X, Hasan al Banna, Steve Jobs, Che Guevara, Fidel Castro, hingga Soekarno- Hatta. Mereka adalah pemimpin dengan latar belakang ang berbeda, pada masa yang berbeda, memperjuangkan hal yang berbeda, namun mereka memiliki car ayang sama untuk menjadi pemimpin besar yang namanya diingat dalam sejarah. Kesamaan itu ada pada kecintaan mereka terhadap buku. Karena buku mereka membuat perubahan besar yang mendunia.

Read the rest of this entry »

Judul Buku      : Dunia Sophie, Sebuah Novel Filsafat
Teks Asli         : Sophie’s Verden (Norwegia), Sophie’s World (Inggris)
Penulis             : Jostein Gaarder
Penerbit           : Penerbit Mizan
Cetakan           : Edisi Gold, Cetakan X, 2013
Tebal               : 800 halaman

Namun, pemahaman memang membutuhkan usaha. Barangkali kamu tidak akan mengagumi seorang teman yang pandai dalam segala hal jika untuk itu dia tidak perlu banyak berusaha. – h. 81

Read the rest of this entry »

http://www.gramediapustakautama.com

Judul buku : Takhta untuk Rakyat: Celah-Celah Kehidupan Sultan Hamengku Buwono IX
Penulis : Mohamad Roem dkk
Penerbit : Gramedia, Jakarta
Cetakan : 2011
Tebal buku: 504 halaman

Dari awal penyusunannya, buku ini telah menggambarkan ke-Bhinnekaan yang juga menjadi fokus tersirat dibalik tokoh Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Buku ini dihimpun oleh Mohamad Roem, Mochtar Lubis, Kustiyani Mochtar dan S. Maimoen, yang kemudian disunting oleh Atmakusamah. Tokoh- tokoh tersebut tidak berasal dari satu etnis yag sama dengan Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Mayoritas mereka bukanlah etnis Jawa. Ruh kebhinnekaan dan kebangsaan telah menembus batas perbedaan etnis, masuk menjadi jiwa yang menggambarkan Sri Sultan Hamengku Buwono IX dari berbagai warna. Berbeda dengan buku-buku biografi para elite yang kini terkesan akan tujuan pencitraan. Buku ini memiliki objektifitas yang dihasilkan dari perannya sebagai sebuah bagian dari sejarah.

Read the rest of this entry »

Judul: 99 Cahaya di Langit Eropa (Perjalanan Menapak Jejak Islam di Eropa)

Penulis: Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra

Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Terbit: Juli 2011

Tebal: 392 halaman

Penulis buku 99 cahaya di Langit Eropa Ini adalah putri Amien Rais yang bernama Hanum Salsabiela Rais dan suaminya, Rangga Almahendra. Rangga merupakan partner perjalanan  Hanum selama menjelajah Eropa. Hanum yang lahir dan menempuh pendidikan di Yogyakarta hingga mendapat gelar Dokter Gigi dari FKG UGM ini berpetualang di Eropa dan tinggal di Austria untuk menemani sang suami. Rangga yang merupakan  lulusan cumlaude di ITB Bandung dan UGM (S2) ini sedang mengemban amanah beasiswa S3 dari Pemerintah Austria di WU Vienna. Kisah lahirnya buku ini adalah ketika Hanum menjatuhkan harddisk berisi foto- foto perjalanan mereka selama di Eropa. Sedangkan Rangga menanggapinya dengan “sebagian foto- foto itu tak terselamatkan lagi, tapi kita masih bisa menyelamakan kenangan perjalanan kita dalam sebuah buku….”. Maka lhirlah novel “99 Cahaya di Langit Eropa” ini.

Sepintas, buku ini terkesan seperti buku travelling biasa. Kesan pertama pembaca akan berubah ketika membaca prolog yang disampaikan penulis, bahwa perjalanan yang penulis lakukan tidak hanya sekedar menemukan tempat- tempat unik dengan biaya yang murah. Lebih dari itu, penulis memaknai perjalanannya dengan hakikat bahwa perjalanan tersebut harus dapat membawa pelakunya ke derajat yang lebih tinggi, memperluas wawasan sekaligus menambah keimanan. Sampai disini pembaca diarahkan untuk menangkap makna isi buku tidak sesederhana  alur cerita perjalanan penulis, tetapi pembaca memerlukan analisis serta independensinya dalam menangkap informasi terutama yang berkaitan dengan sejarah.

Wina, Austria

Berawal dari sebuah coklat, penulis berkenalan dengan seorang muslim Turki yang menjadi tour guide selama berada di Wina. Keyword pada kunjungan penulis di kota ini adalah Kahlenberg, Danube, Restoran Der Wiener Deewan, Istana Schoenburnn, Wien Stadt Museum, dan Vienna Islamic Center. Kahlenberg adalah  sebuah pegunungan di Wina,  bagian kecil dari gugusan Alpen yang mengitari 7 negara Eropa. Dari sini pengunjung bisa menikmati keindahan Wina tanpa pembatas. Danube adalah sungai yang membelah Kota Wina. Di kota ini terdapat sebuah restoran Pakistan dengan konsep unik,  “ All you can eat. Pay as you wish “. Dengan konsep  ilmu ekonomi apapun, konsep makan sepuasnya dan bayar seikhlasnya sulit untuk dianalisis bagaimana bisa konsep ini bisa bertahan. Namun pada faktanya restoran tersebut masih bertahan selama beberapa tahun. Istana Schoenbrunn merupakan istana tandingan Perancis, Versailles. Wien Stadt Museum atau Museum Wina , menyimpan sejarah tokoh- tokoh besar di masa lampau. Hal yang berkesan pagi penulis adalah pencitraan seorang pejuang Turki Utsmani yang di Austria dijuluki sebagai penjajah. Sedangkan Vienna Islamic Center merupakan masjid yang unik karena lokasinya terletak di tepi Sungai Danube dan ketika musim panas banyak orang yang berpakaian terbuka di sekitar masjid.

Paris, Perancis

Kali ini penulis dipandu oleh seorang mualaf Muslimah Prancis, Marion Latimer, lulusan Studi Islam Abad Pertengahan dari Universitas Sorbornne. Di paris ini terdapat Museum Louvre yang terkenal dengan Mona Lisa-nya. Namun demikian, kali ini penulis memberikan gambaran berbeda dari Louvre dengan mengubah dogma “Louvre is All About Mona Lisa”. Sedangkan hal mengejutkan lainnya adalah adanya lafal “laa illaha illallah”  pada tepian kerudung lukisan Bunda Maria.

Cordoba dan Granada, Spanyol

Cordoba merupakan titik tolak reinassance di Eropa, kota pertama yang dibangun imperium Islam. Penulis mengunjungi The Mosque Cathedral yang berarti masjid atau Mesquita dalam bahasa Spanyol, namun bangunan ini kini telah dialih fungsi menjadi gereja. Sedangkan Granada merupakan tempat dinasti Islam terakhir berada. Granada memiliki keindahan Istana Al Hambra. Setelah berakhirnya takhta Sultan Granada, kekuasaan beralih di tangan Isabella-Ferdinand. Kehidupan beragama Kristen, Yahudi dan Islam di Granada beralih penjadi pembabtisan massal dan agama tunggal Katolik.

Istanbul, Turki

Istanbul terkenal dengan Hagia Sophia-nya, gereja yang diubah menjadi masjid pasca penaklukan Konstantinopel. Turki sendiri masih memiliki beberapa bangunan bersejarah, seperti Istana Topkapi dan Hagia Irene. Istana Topkapi menggambarkan kesederhanaan kehidupan sultan-sultan Turki ditunjukkan dengan bangunan-bangunan asimetris yang tidak lazim dijumpai. Adapun adanya gereja yang masih bertahan seperti sebelum penaklukan adalah karena kebijakan perang Turki Utsmani yang melarang perusakan setelah penaklukan.

Buku 99 Cahaya di Langit Eropa adalah gabungan dari novel, catatan perjalanan, dan sejarah yang menyatu dalam sebuah alur runtut. Pembaca dapat membaca buku ini dari sudut pandang novel dengan alur yang khas, sebagai catatan perjalanan, atau sebagai penuturan sejarah. Adapun beberapa bagian dari buku ini merupakan pengalaman penulis sendiri dalam melakukan perjalanan ke Eropa, sehingga dapat dikatakan masih terdapat subjektivitas penulis dalam buku ini. Namun demikian, penulis dengan bahasa yang rapi menuliskan nilai- nilai yang dapat menjadi pesan moral bagi pembaca berdasarkan pengalamannya selama di Eropa. Misal, penulis menyampaikan nilai- nilai Islam melalui tokoh Fatma yang menjunjung konsep damai dan teduh dalam syiar Islam. Pesan itu disampaikan dengan senantiasa menebar senyum, menguasai bahasa Inggris dan Jerman, serta jujur dalam berdagang.

Selain bahasa yang lugas dan alur yang mudah dipahami, penulis mengajak pembaca untuk berfikir. Pada bagian- bagian tertentu, penulis meyampaikan fakta sejarah masih terdapat pro dan kontra kebenarannya. Misalkan pada bagian dimana penulis mendapat informasi dari tour guide bahwa Napoleon diduga seorang muslim, disini disebutkan pendapat  pendukung namun juga disebutkan bantahan atas pernyataan itu. Penulis tidak menyediakan catatan kaki, atau referensi pendukung mengenai fragmen- fragmen sejarah yang ditampilkan. Sehingga untuk bagian ini pembaca perlu menganalisis dan mencari informasi dari sumber lain sebagai pembanding.

Poin penting  yang menjadi inti  menurut penulis resensi dalam buku ini adalah pesan yang disampaikan pada halaman 6-7, Hakikat sebuah perjalanan bukanlah sekedar menikmati keindahan dari satu tempat ke tempat lain. Bukan sekedar mengagumi dan menemukan tempat-tempat unik di suatu daerah dengan biaya semurah-murahnya. Makna sebuah perjalanan harus lebih besar dari itu. Perjalanan harus bisa membawa pelakunya naik ke derajat yang lebih tinggi, memperluas wawasan sekaligus memperdalam keimanan.”

 

Penulis            : Salim A. Fillah

Penerbit          : Pro-U Media, Yogyakarta

Tahun             : 2008

Cetakan          : ke-5 Juni 2011

Halaman        : 344 hlm

Ukuran           : 14×20 cm

 

Satu kata cinta Bilal:

“Ahad!”

Dua kata cinta Sang Nabi:

“Selimuti aku…!”

Tiga kata cinta Ummu Sulaim

“Islammu, itulah maharku!”

Empat kata cinta Abu Bakr

“Ya Rasulullah, saya percaya…!”

Lima kata cinta ‘Umar

“Ya Rasulullah, izinkan kupenggal lehernya!”

Selamat datang di jalan cinta para pejuang!

Buku ini terdiri dari 3 langkah, langkah pertama: dari dulu beginilah cinta. Dari ilustrasi diatas mengambarkan berbagai definisi cinta, disana disebutkan  berbagai versi cinta dari berbagai persepsi. Dari versi Romeo-Juliet, Layla-Majnun, dan teori-teori  scientific hasil kajian para ilmuan, penulis membawa pembaca untuk menelusuri dari mana datangnya cinta yang begitu agung yaitu Cinta kepada Pencipta yang yang jauh lebih tinggi dibanding cinta sesama manusia. Langkah kedua: dunia kita hari ini. Langkah ini mengantakan pembaca pada realitas hari ini. bahwa manusia memang memiliki keterbatasan dalam takdir, namun bukan takdir itu menjadi pembatas, melainkan pilihan yang Allah berikan terhadap manusia dalam menyikapi setiap peristiwa yang terjadi.  Langkah ketiga: jalan cinta para pejuang. Pada bagian ini merupakan penguatan. Ibarat sebuah bangunan, bagian ini adalah atap  yang menjadi penyempurna fondasi dan tiang di langkah sebelumnya.

Buku ini banyak berisi sirah Rasulullah saw, kisah para sahabat Rasulullah dalam kehidupan islam. Masing-masing dengan cara mereka yang unik, melakukan berbagai upaya  menegakkan agama. Mereka memiliki tujuan yang sama, memuliakan Islam, namun dengan lorong- lorong yang berbeda. Penulis menyampaikan esensi dari pesan yang ingin disampaikan dengan rangkaian kata yang mudah dipahami dan indah dirasakan.

Sasaran dari buku ini menyeluruh, mengajak pembaca dari berbagai kalangan untuk kembali melakukan flashback, memberikan berbagai penawaran dengan banyaknya ilustrasi jalan dakwah. Buku ini mungkin dianggap using karena mengangkat kisah yang terjadi 1500 tahun yang lalu. namun demikian, penulis menyeimbangkan dengan berbagai kisah masa kini dengan tokoh- tokoh kontemporer. Setian bahasa melangit telah penulis jelaskan dengan bahasa yang membumi. Jadi disini  pembaca dapat dengan cepat menangkap makna dari rangkaian kata yang sengaja disusun dengan bahasa yang indah. Penggunaan bahasa ini mengantarkan pembaca untuk membaca dengan mata dan hati. Seringkali rangkaian kalimat mempengaruhi emosi pembaca. Bisa dikatakan buku ini menghibur namun berbobot.

Judul                    : Api Sejarah

Penulis                 : Ahmad Mansur Suryanegara

Penerbit               : Salamadani

Cetakan               : I,  Juli 2009

Tebal                    : xxii+ 586 halaman

Bila Sejarawan mulai membisu, hilanglah kebesaran masa depan generasi bangsa
(Ahmad Mansur Suryanegara)

Sejarah yang selama ini kita ketahui seakan telah tertulis lengkap sebagai dokumentasi peristiwa masa lalu. Terlihat objektif dan sempurna, hingga memasuki masa ke masa tidak ada interupsi dalam sejarah. Namun jika ditelusuri, banyak fakta yang tidak dimunculkan dan yang bukan fakta dimunculkan termasuk dengan para tokoh yang menyertainya. Alhasil seperti yang dikatakan Bung Karno dalam surat dari Endeh yang dimuat dalam bukunya Di Bawah Bendera Revolusi Djilid I, selama ini kita hanya mampu membaca abunya sejarah, tapi tidak dapat menangkap apinya sejarah. Memahami kebenaran sejarah, diperlukan untuk memahami makna dalam cita- cita negara. Negara dengan visi yang luhur harus tetap dijaga dari manipulasi sejarah yang mempengaruhi proses mencapai kejayaan  bangsa.

Melalui buku “Api Sejarah”, Ahmad Mansur Suryanegara menghadirkan koreksi terhadap berbagai peristiwa sejarah yang terjadi di Indonesia dan sebagian dunia. Buku setebal 586 halaman ini terbagi dalam empat bab dan disususn secara runtut menurut kronologinya. Bab pertama merupakan pengaruh kebangkitan Islam di Indonesia. Bab ini menjelaskan proses kebangkitan Islam di dunia dan masuknya Islam ke Indonesia. Masuknya dan berkembangnya Islam di Indonesia dipengaruhi oleh proses yang terjadi sebelumnya dimulai dari masa Rasulullah, Khulafaur Rasyidin, Khilafah Umayah, Khilafah Abbasiyah, Fatimiyah, Turki dan Dinasti Genghis.

Bab kedua menjelaskan masuk dan berkembangnya agama Islam di nusantara. Ada banyak teori masuknya Islam ke Indonesia, disini dijelaskan dalam teori Gujarat,  teori Makkah, teori Cina,dan teori maritim. Akibat sistem penulisan, sejarah Indonesia mengikuti hasil penulisan Belanda, terutama teori Prof. Dr. C. Snouck Hurgronje. Maka sejarah yang berkembang adalah Islam masuk ke Indonesia untuk pertama kali melalui Samodra Pasai, pada abad ke 13 M. Padahal, menurut Buya Haqmka, masuknya Islam ke Indonesia adalah pada abad ke 7 M. Fakta ini didasarkan pada berita Cina Dinasti Tang yang menjelaskan bahwa telah ditemukan daerah hunian wirausahawan Arab Islam di pantai barat Sumatra. Sedangkan Kesultanan Samodra Pasai merupakan perkembangan yang terjadi setelah masuknya Islam pada abad ke 7.

Bab Ketiga, Peran Kekuasaan Politik Islam Melawan Imperialisme Barat. Dalam bab ini dijelaskan bahwa ternyata pemberontakan-pemberontakan yang terjadi untuk melawan penjajah dipimpin oleh Ulama dan Santri. Lebih mengejutkan lagi ternyata terdapat korelasi antara perang-perang yang terjadi di dunia dengan perang-perang yang terjadi di Indonesia, contohnya Keruntuhan Turki, Revolusi Buruh di Perancis yang berdasarkan  ajaran Karl Max (Komunisme).

Bab keempat, mengenai peran ulama dalam gerakan kebangkitan kesadaran nasional pada rentang waktu dari tahun 1900 hingga 1942. Dimulai dengan munculnya organisasi pertama yang memelopori perjuangan kemerdekaan, yaitu Sjarikat Islam yang dipimpin Oemar Said Tjokroaminoto. Bukan Budi Utomo seperti yang tertulis dalam buku sejarah di sekolah- sekolah. Budi Utomo merupakan organisasi yang eksklusif khusus buat Priyayi saja. Maka, Budi Utomo tidak lebih merakyat dibandingkan Sjarikat Islam. Dijelaskan pula selain Sjarikat Islam ada juga Sjarikat Ulama, Muhamadiyah, Nu dan lain-lain. Pada masa ini dipenihi juga upaya belanda untuk memecah belah apa yang telah diperjuangkan pendahulu bangsa.

Penuturan sejarah dalam versi yang keliru tidak lebih dari sekedar dongeng pemecah belah. Penuturan sejarah yang demikian memiliki tujuan membentuk citra negative generasi muda bangsa Indonesia terhadap Islam. Inilah metode pemeritah colonial belanda dalam menciptakan divide and rule terhadap umat Islam dan Hindu. Dituliskan dalam sejarah versi colonial keruntukan kerajaan Hindu dan Budha akibat serangan Islam.  Generasi muda Islam akan memiliki kesadaran sejarah yang benar bila dapat menemukan rekan jejak sejarah yang dituliskan secara benar.

Buku “Api Sejarah”  memiliki desain cover yang simple. Buku ini mudah dikenali, penulisan judul berwarna kontras dengan background dan font yang digunakan berukuran besar. Hampir tidak ditemukan kesalahan cetak atau kesalahan ejaan. Mata tidak cepat lelah ketika membaca karena space antar baris cukup lebar, tidak terkesan terlalu rapat. Pembaca dari berbagai kalangan dapat membaca buku ini, karena Ahmad Mansur menuturkan gagasannya dalam bahasa yang lugas dan indah.Definisi- definisi diberikan untuk istilah yang tidak umum, baik beruua pembahsan maupun catatan kaki. Gambar- gambar disisipkan sebagai selingan sehingga tidak jenuh membaca tulisan. Penuturan didasarkan pada urutan waktu, sehingga dalam membaca seperti mengulang lagi peristiwa masa lampau menuju masa kini.

Namun demikian, ukuran buku yang terlalu besar membuat buku ini tidak mudah untuk dibawa- bawa. Terdapat gambar yang kurang jelas detailnya (gambar peta), sehingga informasi yang diberikan melalui ilustrasi gambar kurang bisa tersampaikan. Beberapa pernyataan Ahmad Mansur dalam buku ini menuai kritikan, karena pendapat yang menentang arus opini Indonesia. Metode penyampaian dengan metode penulisan kesimpulan baru kemudian data pendukung, dikatakan bersifat subjektif.

Penulisan sejarah Indonesia yang seragam membuat masyarakat cenderung memiliki  pola pikir yang sejenis. Untuk itu perlu wawasan paradigma mengenai sejarah yang berbeda dengan membaca  buku “Api Sejarah”. Buku ini mudah didapat di toko buku dengan harga sekitar Rp 106.250,-.


Enter your email address to follow this blog and receive notifications of new posts by email.

Join 24 other subscribers

Categories

Blog Stats

  • 49,660 hits